Resep Gulai Telur Daun Mangkokan
Weekend kemarin adalah dua hari yang cukup produktif bagi saya. Beberapa resep posting untuk endorsement berhasil diselesaikan, dan halaman depan rumah yang sudah seperti hutan belantara karena lama tidak terurus, kini bersih. Bersih karena hampir semua tanaman dipangkas gundul dan masuk ke gerobak sampah. Seperti biasa, saya berkolaborasi dengan bapak pengangkut sampah langganan setelah sempat terhenti menggunakan jasanya beberapa waktu. Sekitar empat bulan lalu, berharap bisa mengirit, saya nekat membersihkan halaman sendiri. Aksi bersih-bersih tersebut menghasilkan tiga kantung plastik sampah ukuran terbesar yang membuat saya kebingungan harus dibuang kemana. Badan pun luar biasa capek, sempat panas demam selama dua hari dan penderitaan itu harus ditambah pula dengan biaya ekstra ketika meminta sampah diangkut. Bagaimana tidak terkena charge ekstra? Gerobak si bapak langsung penuh terisi sampah dari saya! Nah jika meminta si bapak membersihkan halaman, maka upah yang saya berikan sudah termasuk jasa membuang sampahnya sekalian. Jadi, dari pada pusing saya pun kembali ke selera asal. 😆
Karena musim penghujan sudah tiba, saya berencana hendak mengisi pot-pot kosong dengan tanaman. Kini project saya bukanlah tanaman sayuran seperti tahun lalu, melainkan tanaman hias berbunga semarak seperti marigold, zinnia, dan bunga matahari. Saya berharap warna-warni cerah dari bunga-bunga tersebut akan membuat halaman yang butek menjadi lebih semarak. Sebenarnya hasrat menanam aneka tanaman yang bisa bermanfaat buat dapur tetap menggebu tinggi, tetapi kondisi lingkungan sekitar yang sangat tidak mendukung membuat saya mengurungkan diri. Hama mulai dari belalang, kutu-kutuan, tikus, hingga manusia (satu pot cabai yang sudah berbuah lebat hilang ketika saya letakkan diatas pagar) agresif menyerang. Terakhir satu pot besar semaian kemangi yang sudah setinggi 20 cm dan siap akan dipanen, dalam semalam daunnya tiba-tiba hilang begitu saja. Entah dimakan tikus atau disantap belalang. Padahal benih kemangi tersebut berasal dari tanaman kemangi tua yang pernah saya tanam dan sempat menghasilkan biji. Sejak insiden kemangi itu saya pun enggan menebar benih cabai yang masih tersimpan di kulkas.
Tapi untungnya, beberapa tanaman rempah masih bertahan. Kunyit yang sempat berhenti bertunas ketika kemarau lalu, kini kembali memunculkan daun-daunnya yang hijau segar. Beberapa bahkan saya pindahkan di sebuah pot besar dan kini tumbuh dengan subur. Daun kari yang dua bulan lalu hampir mati kepanasan dan jarang disiram kini memunculkan tunas muda dan mulai menunjukkan tanda-tanda pulih. Jeruk purut tetap bertahan di dalam potnya, walau tanahnya terlihat semakin keras, tapi beberapa buahnya yang super harum muncul diujung ranting. Jahe merah yang hampir mati, setelah dipindah pot dan berganti media tanam, kini menjadi subur. Tanaman rimpang seperti ini pantang sering disiram, jadi ketika kemarau dan jarang terkena air, justru membuatnya hidup kembali. Nah pohon mangkokan yang daunnya saya gunakan untuk membumbui gulai kali ini, bibitnya dari tepian jalan didekat sebuah kebun belukar. Saya patahkan batangnya dan tancapkan di pot, kini ada dua batang tanaman mangkokan dihalaman. Tidak terlalu subur, tapi daunnya lumayan untuk gulai menggulai. 😄
Wokeh menuju ke resep gulai telur kali ini. Jika biasanya gulai telur menggunakan telur rebus, versi yang ini telur mentah dipecahkan dan direbus dulu, baru kemudian dimasak bersama kuah gulai. Versi ini menurut saya membuat telur lebih terasa bumbunya. Proses membuatnya sangat mudah, saya menggunakan tips seperti saat hendak membuat egg Benedict. Makanan ini terbuat dari telur ceplok rebus atau poached egg yang ditumpukkan diatas sepotong roti (biasanya jenis English muffin). Poached egg yang dianggap sukses adalah jika telur mampu membulat cantik, tidak melebar, dengan bagian putih telur menyelubungi kuning didalamnya. Jika kita memecahkan sebutir telur di air mendidih begitu saja, maka putih telur akan buyar, mengalir, melebar dan menghasilkan serabut-serabut putih telur. Agar putih telur mampu menggumpal dengan baik maka beberapa sendok cuka di air rebusan perlu ditambahkan. Kondisi asam membuat protein didalam putih telur akan menggumpal dan menyatu. Apakah telur akan terasa asam? Tidak, rasa telur akan tetap seperti biasa dan ketika dimasak didalam kuah santan berbumbu maka sama sekali tidak terdeteksi rasa atau aroma cuka.
Umumnya daun mangkokan digunakan sebagai rempah pengharum gulai otak khas Padang. Otak yang banyak mengandung urat darah biasanya cenderung amis, nah daun mangkokan yang harum dipercaya mampu mengurangi aroma tidak sedap tersebut. Kini di gulai telur, daun mangkokan membuat aroma masakan menjadi lebih sedap.
Berikut resep dan prosesnya ya.
Gulai Telur Daun Mangkokan
Resep hasil modifikasi sendiri
Tertarik dengan resep berkuah santan lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Bahan:
- 8 butir telur ayam
- 2 - 3 sendok makan cuka
- 400 ml air
- 75 ml santan kental instan
- 6 lembar daun mangkokan, rajang halus
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
Bumbu dihaluskan:
- 5 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 4 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit
- 1,5 cm kunyit
- 2 cm jahe
- 1/4 sendok teh jintan
- 2 sendok teh ketumbar
Bumbu lainnya:
- 1 batang serai, memarkan
- 3 lembar daun salam
- 3 lembar daun jeruk
- 1 sendok makan gula jawa sisir halus
- 2 sendok teh garam
Cara membuat:
Siapkan panci anti lengket, masukkan air agak banyak untuk merebus telur. Tambahkan 2 sendok makan cuka, rebus air hingga mendidih. Pecahkan telur ke air mendidih, dengan ujung spatula dorong perlahan agar putih telur berkumpul, masak hingga mengeras kemudian pinggirkan ke tepi panci. Pecahkan telur berikutnya dan masak hingga semua telur matang. Tiriskan telur dengan spatula berlubang, masukkan ke mangkuk dan sisihkan.
Note: agar telur mampu menggumpal dan berbentuk bulat dengan baik, air rebusan harus banyak sehingga ketika telur dimasukkan akan mengapung dan bukan tenggelam mengendap di dasar panci. Cuka mampu membuat putih telur menggumpal dan menyatu dengan baik, bukan tercerai berai ke berbagai arah. Porsi cuka tergantung dari banyaknya air rebusan, jika tidak bersedia membulat atau tetap melebar dan tercerai berai maka porsi cuka kurang banyak. Cuka tidak akan membuat telur terasa asam.
Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak, masukkan bumbu halus. Tumis hingga harum dan matang, masukkan daun salam, serai, daun jeruk, dan lengkuas, tumis hingga rempah layu. Tuangkan air, masak hingga mendidih. Masukkan santan kental, masak dengan api kecil hingga mendidih, santan menjadi harum dan matang.
Masukkan telur rebus, gula, garam dan daun mangkokan. Aduk dan masak dengan api kecil hingga mendidih. Cicipi rasanya, sesuaikan asainnya, angkat dan sajikan.
Source:
Wikipedia - Egg Benedict
Source:
Wikipedia - Egg Benedict
Comments
Post a Comment